20 Apr 2011

Tugas mid semester psikologi klinis

TUGAS MID SEMESTER PSIKOLOGI KLINIS

Pertanyaan :
  1. How many perspective in clinical psychology? Define, elaborate and give example
  2. Mention any other professional working associated with clinical psychology?
  3. Tool of assessment in clinical psychology? Define, elaborate, and give example
  4. Assessment explain things related :
a)      Yavis bias
b)      Resource varians in clinical psychology
  1. Why self disclosure is importance?

Jawaban :
  1. Dalam psikologi klinis setidaknya terdapat empat perspektif, yaitu :
·         Psikodinamika
Perspektif ini memandang bahwa perilaku maladaptif disebabkan karena adanya konflik antara id, ego dan superego dalam alam bawah sadar individu. Perilaku manusia merupakan produk dari interaksi atau dinamika pikiran dan perasaan sadar dengan tidak sadar dalam diri individu. Perilaku juga disebabkan karena adanya kondisi saling mempengaruhi antara id, ego dan superego. Selain itu, perkembangan kepribadian ditentukan oleh pengalaman-pengalaman awal pada usia 5 tahun pertama kehidupan. Bentuk aplikasi dalam terapi klinis dengan pendekatan psikodinamika adalah penggunaan asosiasi bebas, dan sebuah pemeriksaan transferensi klien kepada terapis.
·         Humanistik
Perspektif ini memandang bahwa semua manusia pada dasarnya baik, mempunyai potensi untuk menjadi sehat dan kreatif. Gangguan mental dapat berkembang akibat tekanan sosial. Menerapkan pentingnya pemberian cinta dan penerimaan dari orang tua atau orang terdekat lainnya terhadap perkembangan kepribadian. Bentuk aplikasi dalam terapi klinis dengan perspektif humanistik adalah bagaimana menolong individu atau klien dengan penerapan hubungan yang terapeutik.
·         Behaviour
Perspektif ini memandang bahwa betapa dibutuhkannya suatu  observasi dan eksperimen yang sitematis untuk mempelajari perilaku. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Segenap perilaku manusia itu dipelajari, termasuk juga perilaku abnormalnya yang dipelajari dengan cara yang sama pada individu lain. Bentuk aplikasi dalam terapi klinis dengan perspektif behavior adalah bagaimana individu atau klien dapat diubah dan dimodofikasi perilakunya sesuai dengan yang diharapkan (behaviour modification).
·        Kognitif
Perspektif ini memandang bahwa manusia melakukan strukturisasi terhadap pengalaman, bagaimana mereka membuat suatu sense terhadap pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mentransformasi stimulus-stimulus lingkungan menjadi informasi yang siap digunakan. Bagaimana seharusnya proses-proses mental seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan masalah dan penggunaan bahasa dipelajari untuk memahami suatu perilaku. Bentuk aplikasi dalam terapi klinis dengan perspektif kognitif adalah bagaimana seorang terapis berusaha membantu klien untuk dalam mengatasi kesulitan dengan megidentifikasi dan mengubah cara berpikir yang salah, perilaku, dan tanggapan emosional.
 
  1. Terdapat beberapa pekerjaan professional yang berkaitan dengan psikologi klinis, antara lain :
·         Psikiatri
Dalam hal ini, psikiatri selain menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan klien atau pasiennya namun juga menggunakan proses-proses penyembuhan menggunakan pendekatan psikologi. Bagaimana pendekatan psikologi yang dipakai dapat digunakan oleh psikiatri untuk menentukan tindakan medis apa yang dibutuhkan oleh seorang klien atau pasien,
·         Konselor psikologi
Konselor psikologi menggunakan intervensi dan pendekatan pada psikologi klinis, termasuk didalamanya psikoterapi dan assessment. Bentuk-bentuk terapi yang dilakukan oleh konselor psikologi antara lain career assessment, group therapy, dan relationship counseling.
·         School psychology
Di Indonesia, terkenal dengan BK (Bimbingan Konseling), dimana BK bekerja di sekolah-sekolah. Fungsi dari BK adalah membimbing dan memberikan konseling kepada siswa dan guru yang mungkin memiliki masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah psikologis.

  1. Terdapat tools of assessment dalam psikologi klinis, antara lain :
·         Intelligence & achievement tests : Tes ini didesain untuk mengukur kemampuan intelegensi individu atau mengukur beberapa jenis tertentu fungsi kognitif, dalam hal ini kaitannya dengan IQ. Contoh dari tes ini adalah WISC-IV.
·         Personality test : Tes ini didesain untuk mengukur dan menggambarkan motif perilaku, pikiran dan perasaan individu. Jenis tes ini terbagi menjadi 2, yaitu tes proyektif dan objektif. Tes proyektif ini contohnya adalah roscharch test sedangkan pada tes objektif contohnya adalah MMPI.
·         Neuropsychological tests : Tes yang dirancang dan digunakan untuk mengukur fungsi psikologis yang diketahui terhubung pada struktur otak tertentu. Biasanya digunakan untuk menilai gangguan setelah sakit atau cedera dan mempengaruhi fungsi neurokognitif.
·         Clinical observation : Observasi klinis disini adalah observasi perilaku individu, dimana interview secara klinis adalah merupakan bagian vital dari assessment. Assessment disini nantinya akan menentukan jenis terapi apa yang akan dilakukan oleh terapis kepada kliennya.

  1. a. YAVIS merupakan akronim dari Young, Attractive, Verbal, Intelligent, and Successful. Kaitannya dengan assessment maka terjadi bias YAVIS yang positif dari seorang terapis kepada kliennya atau dengan kata lain seorang terapis memiliki bias positif kepada klien yang menunjukkan sifat-sifat yg disebut dalam YAVIS. Hal ini akan membuat terapis bekerja semaksimal mungkin untuk membantu kliennya sehingga proses terapi kepada klien yang dilakukan oleh seorang terapis dapat berhasil.

b.






















  1. Self disclosure sangatlah penting, terutama didalam proses terapi klinis. Hal ini karena self disclosure berkaitan dengan keterbukaan diri, dan didalam proses terapi atau konseling diperlukan keterbukaan diri baik dari pihak terapi/konselor maupun klien. Bagi terapis harus memiliki self disclosure sebelum melakukan assessment. Apabila tidak, maka kualitas assessmentnya akan diragukan karena memungkinkan masalah atau problem yang dihadapi oleh klien akan diproyeksikan menjadi sebagai problem didalam dirinya sendiri yang diterima sebagai resistance. Bagi klien juga harus memiliki self disclosure agar dapat membuka dirinya ketika seorang terapis atau konselor sedang mendengarkan permasalahan yang dihadapi oleh klien tersebut. Tujuannya adalah menolong klien melihat hal atau permasalahan dari berbagai perspektif yang berbeda, dimana memberikan klien kekuatan lebih ketika membuat keputusan penting dalam hidupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar